Jumat, 06 Februari 2015

Gripen vs Su-35

Saudara para pembaca, kali ini akan kita bahas topik yang lagi hangat, yaitu Gripen vs Su-35, melalui beberapa skenario. Lokasi dipilih area Laut China Selatan (LCS) yang antisipasinya sebentar lagi juga akan menghangat. NamunSURPRISE kali ini Indonesia yang pegang Gripen NG melawan Su-35 China!

Gambar 1 Aksi radius J-11 (kuning) dan Su-35 (merah)
Gambar 1 Aksi radius J-11 (kuning) 
dan Su-35 (merah)


Lihat Gambar 1 – Bagi China, Su-35, bahkan pada bahan bakar internal saja, menawarkan keuntungan yang signifikan atas J-11 Shenyang (Su-27), yang terbatas hanya dapat terbang cepat ke tempat masalah seperti Reed Bank (lile tan) atau Scarborough Shoal (dao Huangyan) tetapi tidak punya kemampuan tinggal lama disitu. Sedangkan Su-35, mampu mencapai Natuna, dengan ekstra waktu (loiter time) di pos tersebut sangat penting bagi keinginan China untuk menghalangi tindakan Filipina atau aktor regional lainnya (Indonesia). Pesawat jarak jauh tersebut akan mampu “menunjukkan bendera” lebih lama, atau cepat mencegat pesawat Filipina (atau Indonesia) di wilayah tersebut.

Su-35 China, dengan combat radius 1700 km, tanpa drop tank dari lanud Lingshui Hainan dapat mencapai posnya di p. Natuna sembari membawa rudal BVR & WVR, atau kombinasi dengan rudal anti kapal permukaan, akan mengancam kedaulatan Indonesia. Dalam skenario ini, Su-35 juga membawa satu drop tank untuk menambah CAP loiter timemenjadi 2 jam, tanpa mengurangi jumlah senjata yang dibawa.

Asumsinya, Indonesia sudah membeli Gripen NG dan menempatkannya di lanud Natuna untuk menjaga kedaulatan wilayah ZEE. Dapatkah Gripen NG ini menaklukan Su-35?

Perbandingan


Aksi radius sebenarnya

Gripen NG – Menurut data dari brosur Gripen NG for the Netherlands, kapasitas Gripen NG untuk misi penghadangan adalah sejauh 460 km dan 50 menit CAP membawa load out/ external stores 2 rudal Ramjet (Meteor) BVR dan 2 rudal WVR serta satu drop tank 450 gallons. Artinya, bila membawa lebih banyak rudal akan mengurangi aksi radius danloiter time di posisi CAP.

Su-35 – Tidak mempunyai batasan sepeti itu. Inilah kelebihan Su-35 sebagai heavy fighter dibandingkan dengan pesawat lainnya, disebut sebagai dominasi combat persistence karena punya excellent fuel fraction. Dengan aksi radius 1700 km, tanpa drop tank, Su-35 dapat membawa kombinasi rudal dan atau ECM pod, di 12 hardpoints-nya. Bila dikehendaki lebih besar waktu loiter time di posisi CAP, maka barulah membawa drop tank.

Radar dan Rudal BVR

Radar – Irbis-E punya Su-35 dapat mendeteksi RCS 3 m2 dari jarak 350-400 km. Bila disumsikan bahwa RCS Gripen NG kira-kira sama dengan Rafale, maka secara teoritis Su-35 dapat mendeteksi Gripen NG pada jarak 150 s.d. 203 km; sebaliknya Gripen NG dapat mendeteksi Su-35 pada jarak 87 s.d. 130 km.

Rudal BVR – Dalam sales presentation-nya, Saab selalu menampilkan rudal Meteor + Gripen NG sebagai kombinasi yang dijagokan. Dalam sejarahnya rudal Meteor dikembangkan untuk menangkal rudal Rusia RVV AE PD long range yang menggunakan ramjet. Ironisnya sebelumnya dalam urusan rudal BVR Rusia selalu mengekor USA, terlihat dalam seri RVV yang biasa disebut “Amraamski”.

Rudal Meteor berat 185 kg, panjang 3,65 m dan diameter 0,178 m, jarak jangkau brosur 100+ km. Ada yang menulis bahwa 100+ km itu artinya 180-200 km, akan tetapi mengingat berat dan dimensinya, rasanya paling hanya 150 km, atau kira-kira sama dengan AMRAAM AIM-120 D. No escape zone (NEZ) yang selalu ditonjolkan, secara teoritis adalah 40% jangkauan, jadi sekitar 60 km. Selain itu karena menggunakan ramjet, maka efisiensinya akan berkurang dengan ketinggian; ramjet menghisap oksigen yang berkurang dengan ketinggian.

Gambar 2 Meteor
Gambar 2 Meteor


Di pihak Rusia, tampaknya telah menghentikan program rudal ramjet (karena kelemahan di atas) dan menggantinya dengan program rudal baru RVV BD dan Kh-58UShE (diperkenalkan pada MAKS 2011), yang nampaknya khusus untuk PAK FA dan tapi juga dapat diusung oleh pesawat tempur lain seperti seri Flanker atau MiG :
  • Rudal udara-udara RVV BD mempunyai jangkauan 200 km. Propulsi, berat dan dimensinya yang tepat belum ada informasinya. Karena merupakan pengembangan dari R-37 maka diperkirakan berat 510 kg, panjang 4,20 m dan diameter 0,38 m. Jarak jangkaunya adalah 200 km, kecepatan Mach 4-5. Ini versi ekspor, kalau aslinya akan lebih jauh lagi jangkauannya.
  • Rudal udara-udara RVV SD, mungkin sebagai pengganti RVV AE, mempunyai jangkauan sampai dengan 110 km.
  • Sedangkan Kh-58UshE adalah rudal anti radiasi / anti AWACS, kecepatan Mach 4 dengan jangkauan sampai dengan 240 km.

Gambar 3 RVV BD
Gambar 3 RVV BD


Skenario 1

Baik China maupun Indonesia mempunyai kelemahan di pangkalan aju. Bagi China jaraknya terlalu jauh, sedangkan bagi Indonesia, lanud Ranai di p. Natuna mempunyai keterbatasan pra-sarana dan sarana. Oleh karena itu, skenario yang realistik adalah 4 lawan 4.

Su-35 China mendekati daerah ZEE Natuna dan dideteksi oleh Satrad 212 Ranai pada jarak 440 km. Gripen NG di-scramble dengan konfigurasi dilengkapi 2 rudal Ramjet (Meteor) BVR dan 2 rudal WVR serta satu drop tank 450 gallons, terbang 26 menit supercruise ke posisi dan 50 menit CAP. Apakah akan terjadi saling menembak dengan rudal BVR? Dalam skenario ini, ada 2 alternatif :
  1. China masih kuatir dengan kinerja Meteor, maka dengan cerdik 1 elemen (2 Su-35) China memanfaatkan radar Irbis E dan excellent fuel fraction-nya untuk menjaga pada jarak 200 km, sedangkan 1 elemen lainnya diperintahkan melambung pada radius 200 km. Semacam kucing-kucingan. Kalau ini dilakukan pada jarak >440 km maka Satrad 212 Ranai tidak bisa membantu situational awareness Gripen NG. Dengan taktik ini Su-35 memaksa Gripen NG menunggu lebih kurang 50 menit sudah “bingo” dan harus kembali ke Natuna. Pada saat yang tidak menguntungkan bagi Gripen Indonesia ini, semua Su-35 China maju dengan supercruise dan menembakkan rudal BVR RVV SD.
  2. Kalau Su-35 China misalnya sudah membawa RVV BD, maka tunggu sampai jarak 200 km luncurkan RVV BD. Gripen NG Indonesia tidak bisa membalas dengan Meteor karena jaraknya masih terlalu jauh, dan karena repot menghindari RVV BD, Su-35 China dengan leluasa dapat meneruskan dengan merge WVR, first look first kill.
Mau bagaimana lagi, skor 0 – 1 untuk China.


Gambar 4
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 5
Skenario 2

Indonesia berpikir keras bagaimana mengalahkan Su-35 China. Mau beli F-22 tidak mungkin, beli PAK FA masih 4 – 5 tahun lagi. Ada yang mengusulkan coba lihat di blog JKGR, oh iya kenapa tidak beli Su-35 saja. Meskipun menggunakan pesawat yang sama, tapi Indonesia punya keuntungan yaitu teater operasinya masih di atas wilayah kita Natuna, sedangkan bagi Cina sangat jauh pada batas luar combat radius Su-35. Faktor ini ditambah penggunaan taktik yang tepat dapat mengungguli China.

Namun pada akhirnya setelah tahu kita beli Su-35, politik China di LCS berubah haluan. Dia setuju Code of conduct yang diusulkan oleh Indonesia/ ASEAN. Damai di dunia!

Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Keduanya Su-35 dan Gripen NG adalah pesawat yang bagus sesuai tupoksinya masing-masing.
  2. Keunggulan Su-35 terhadap pesawat lain terutama adalah pada (a) combat persistense (fuel fraction, combat radius dan loiter time), (b) radar Irbis E dengan power aperture kira-kira sama dengan F-22, dan (c) kinematika (TVC 3D). Kalau ECM-nya kira-kira sama.
  3. Dengan munculnya RVV BD, RVV SD dan rudal lain yang khusus dikembangkan untuk PAK FA/ FGFA (yang juga dapat dibawa oleh seri Flanker dan MiG), maka nampaknya telah muncul kembali krisis missile gap di pihak Barat.
  4. Pembelian alutsista yang tepat dapat berpotensi meredam krisis regional, bukan sebaliknya.
Penutup

Semua di atas dapat dianggap sebagai khayalan imho penulis, meskipun juga sebagian berdasarkan pada fakta geografis, spesifikasi masing-masing pesawat dan rudal.
Terima kasih telah membaca. (by Antonov|JKGR).

Pindad Targetkan Porsi Ekspor Capai 25%

Pasukan PBB menggunakan 44 unit Anoa untuk menjalankan misi perdamaiannya di Afrika 



PT Pindad menargetkan peningkatan jumlah ekspor produknya sebesar 25 persen dalam lima tahun mendatang. Target utama BUMN ini tetap memasok kebutuhan alutsista dalam negeri yang dipesan oleh Departeman Pertahanan RI untuk persenjataan TNI dan Polri.

"Saat ini ekspor produk baru lima persen, namun dalam lima tahun ke depan kami targetkan bisa mencapai 20-25 persen," kata Dirut PT Pindad Silmy Karim di Bandung, Kamis (29/1) saat menerima kunjungan Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo di Bandung.

Dengan peluang pasar ekspor yang cukup besar dalam beberapa tahun ke depan serta kian diperhitungkannya produk Pindad, Silmy optimistis bisa meningkatkan ekspor. Ekspor produk saat ini, kata dia, adalah amunisi yang diproduksi di Turen, serta persenjataan seperti senjata genggam maupun laras panjang SS dan beberapa jenis lainnya. Untuk merealisasikan proyeksi itu, pihaknya melakukan beberapa langkah dan upaya, antara lain menjalin kerja sama dengan industri pertahanan terkemuka. Kerja sama itu dalam hal pemenuhan pemesanan 120 juta butir peluru selama 5 tahun. Selain itu menjalin kerja sama strategis dengan industri sejenis lainnya. Bentuknya, pemenuhan kebutuhan kendaraan taktis.

"Salah satunya dalam pengembangan kendaraan taktis 4x4, dimana Pindad akan memproduksi untuk pesanan ke luar negeri," katanya.

Kepercayaan terhadap produk Pindad juga, kata Silmy Karim, juga dari pasukan perdamaian PBB yang memesan 44 unit kendaraan taktis produk PT Pindad, yaitu Anoa.

"Pasukan PBB menggunakan 44 unit Anoa untuk menjalankan misi perdamaiannya di Afrika," katanya.

Upaya-upaya kerja sama itu, terangnya, sebagai jawaban tantangan sekaligus tindak lanjut UU 16/2012 tentang Industri Pertahanan Nasional yang berdaya saing tinggi.

"Pindad berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan itu tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas," kata Dirut Pindad menambahkan.

Kita Tak Mau Cuma Jago Kandang

Direktur Utama PT Pindad 
Silmy Karim
Manajemen PT Pindad (Persero) menegaskan tak hanya akan fokus menjual produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) di dalam negeri, namun juga bisa memperbanyak ekspor alutsista ke berbagai negara. Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim menyatakan keinginannya memperbesar angka ekspor produksi alutsista Pindad. Target tersebut akan terbantu dengan adanya rencana suntikan modal dari pemerintah sebesar Rp 700 miliar melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). Hal ini disampaikannya disela-sela kunjungan jajaran Kopassus bersama Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo di Kantor Pindad, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Kamis (29/1/2015).

"Saat ini tengah dibahas, teman-teman DPR menaruh harapan yang sama," ujar Silmy saat menjelaskan soal PMN.

Dana PMN rencananya akan digunakan untuk modernisasi peralatan dan peningkatan kapasitas produksi di Pindad. Modernisasi peralatan dibutuhkan agar Pindad dapat memenuhi standar produk yang mampu bersaing dengan produk internasional.

"Kan saya jika TNI misalnya pesan keluar karena kita tak memiliki mesin yang modern," kata pengganti mantan Dirut Pindad Sudirman Said ini.

Saat ini dari total penjualan Pindad per tahun, hanya 5% yang berasal dari ekspor sisanya mayoritas untuk pemesanan domestik. Namun pada tahun-tahun ke depan, Pindad menargetkan pasar ekspor bisa dicapai hingga 20% hingga 25% dari total penjualan.

"Kita juga nggak mau cuma jago kandang," tutur Silmy.

Proyeksi ekspor alutsista yang sedang dijajaki yaitu kerjasama dengan sebuah perusahaan industri alutsista di luar negeri untuk ekspor 120 juta amunisi yang dipesan dalam 5 tahun.

"Produksi Anoa kita 44 unit telah beroperasi untuk misi perdamaian PBB. Ini bukti nyata produk kita bisa sampai beroperasi di daerah remote. Ditambah lagi saat ini sedang penjajakan 40 unit Anoa untuk di Afrika," sebutnya.

Eurofighter Typhoon, Satu Calon Pengganti F5 Tiger TNI-AU



eurotyphoon
Pesawat tempur Eurofighter Typhoon milik Angkatan Udara Inggris. Pesawat tempur ini digunakan untuk mencegat kedatangan Bomber Rusia TU-95, yang berkali-kali terbang mendekati wilayah uadara Inggris pada 2014, dan pada 27 Januari 2015. Getty Images


typhoon-2
Pesawat Angkatan Udara Inggris, Eurofighter Typhoon di Coningsby, Inggris, Mei 2014. Prototipe pesawat buatan konsorsium Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol, ini mulai terbang pada Maret 1994. Stephen Pond/Getty Images

typhoon-3
Eurofighter Typhoon menggunakan dua mesin EJ200 yang mampu mempertahankan dayanya dalam kecepatan tinggi, sehingga Typhoon dapat berakselerasi baik di atas kecepatan 1.5 Mach. Typhoon tetap bertenaga walau melewati kecepatan 2 Mach. wikipedia.org

typhoon-5
Eurofighter Typhoon terbang di Berlin Air Show 2014. Pesawat bersayap delta dengan sepasang canard di depan ini mampu melakukan gerakan membelok dengan sudut serang atau angle of attack yang jauh lebih impresif dibanding jet tempur lainnya. Sean Gallup/Getty Images

typhoon-6
Pesawat tempur Eurofighter Typhoon terbang di atas Estonia. Typhoon mampu mencapai kecepatan supersonik tanpa afterburner, atau disebut supercruise hingga 1,5 Match. Pesawat ini dapat terbang sejauh 2,900 km (1,800 mil). Thomas Wiegold/Photothek via Getty Images

typhoon-7
Pesawat Eurofighter Typhoon FGR4 tampil di Farnborough International Airshow, Juli 2014. Pesawat ini dilengkapi dengan senjata Mauser BK-27 Revolver meriam dengan 150 putaran, rudal udara keudara , rudal udara kepermukaan

Jepang Dekati RI, Pesawat Amfibi US-2 Pun Ditawarkan

us-2_03l

Indonesia dan Jepang tengah persiapkan perjanjian di bidang pertahanan yang akan memfasilitasi perdagangan dan produksi alutista dari kedua belah pihak. Yusron Ihza Mahendra, Dubes RI untuk Jepang, mengatakan nota kesepahaman (MoU) kemungkinan akan ditandatangani selama kunjungan presiden Indonesia Joko Widodo ke Tokyo, yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan Maret 2015.


MoU ini memungkinkan negara kita mendapatkan pesawat amphibi ShinMaywa Industries US-2 yang telah lama diincar untuk kepentingan Search and Rescue. US-2, sebagai pesawat amfibi Short Take Off and Landing (STOL) dapat mendarat di tanah atau air. Ketujuh unit milik Jepang dioperasikan sebagai pesawat SAR oleh Departemen Pertahanan Jepang. Baik US-2 maupun pendahulunya US-1 telah 900 kali melakukan misi penyelamatan di laut Jepang.

Bagaimana dengan spesifikasi ShinMaywa Industries US-2? Pesawat ini mampu membawa 11 awak ditambah 20 penumpang atau 12 tandu pasien saat bertindak sebagai ambulance udara dengan beban maksimal sampai 17 ton. Pesawat dapat melaju 560 km per jam dengan mesin 4 × Rolls-Royce AE 2100J turboprop, 3,424 kW (4,591 shp), dan 6 baling-baling Dowty R414.


us2_3

Yang membuat pesawat ini istimewa adalah Ia tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang. Kemampuan SOTL yang sempurna memungkinkan US-2 untuk lepas landas dan mendarat dengan jarak landasan yang lebih pendek – baik di darat dan di air, sehingga ia dapat lebih efektif ketika deployment.

US-2 dapat lepas landas di air dengan jarak pacu 280 meter. Untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 490 meter. Kemampuan ini jelas membuatnya lebih superior ketimbang Beriev Be-200 Altair yang sempat menjadi incaran TNI-AU. Sebagai perbandingan, Be-200 memerlukan jarak pacu 2.300 meter di air dan landas pacu darat sepanjang 1.800 meter.



Satu lagi keuntungan MoU dengan Jepang adalah ToT (transfer of technology) yang didapatkan. Seperti yang kita tahu, Rusia, produsen Be-200 terkenal ‘pelit’ dengan ToT, berbeda dengan Jepang atau Korsel.Namun disisi lain, US-2 memiliki ukuran yang lebih kecil. Be-200 bisa membawa 42 penumpang dan dapat dimuati 30 tandu pasien. Be-200 juga terkenal akan kemampuannya mengangkut air untuk pemadaman kebakaran hutan, sebuah insiden yang sering terjadi di Tanah Air.

Jadi siapa yang akan menjadi pujaan tim SAR Indonesia? Mungkinkah Indonesia mendapat keduanya? Kita lihat saja.(Indomiliter)

Spesifikasi ShinMaywa Industries US-2
  • Crew: 11
  • Capacity: 20 passengers or 12 stretchers
  • Length: 33.46 m
  • Wingspan: 33.15 m
  • Height: 9.8 m
  • Wing area: 135.8m²
  • Empty weight: 25,630 kg
  • Maximum speed: 560 km/h
  • Cruise speed: 480 km/h (259 knots, 298 mph)

[World] Evolusi F-16 Tergantung Permintaan


Dalam sejarah, F-16 telah menjadi pesawat tangguh untuk armada tempur 28 negara. Mesin tempur ini menunjukkan kemampuannya dalam berbagai konflik di seluruh dunia. Sejak penerbangan pertama pada tahun 1974, Lockheed Martin medesain dan mengembangkan upgrade struktural dan avionik untuk Fighter Falcon guna memastikan tetap relevan untuk tahun-tahun yang akan datang. “Empat puluh tahun, bagi kami, merupakan kepuasan kepada pelanggan, hubungan abadi dan pengalaman yang telah terbukti,” Rod McLean, wakil presiden dan general manager dari F-16 / F-22 Integrated Fighter Group.

 “Fakta bahwa begitu banyak mitra internasional telah kembali ke Lockheed Martin untuk meng-upgrade, memodernisasi atau membeli pesawat yang menunjukkan betapa pelanggan puas dengan F-16, dan menunjukkan ketergantungan mereka pada pesawat yang mempunyai peran sebagai komponen utama armada tempur mereka. ”Seiring waktu F-16 terus melakukan evolusi untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, F-16 kini telah berkembang menjadi pesawat tempur generasi ke-4 yang paling canggih saat ini. Beberapa desain dan perbaikan teknologi telah diterapkan ke F-16 selama beberapa tahun terakhir, mengakibatkan lebih dari 4.500 pesawat memiliki 138 konfigurasi yang berbeda. Tidak hanya memproduksi F-16, Lockheed juga bekerja serius meremajakan pesawat yang sudah tua untuk dibangun ulang agar menjadi kekuatan yang menakutkan. Dalam dua tahun terakhir misalnya, Lockheed sedang dalam pengembangan program upgrade F-16V yang mempunyai teknologi terbaru namun dibangun di atas kekuatan fundamental desain asli F-16. Sampai saat ini, Lockheed Martin telah menjadi sistem integrator untuk 11 negara, berhasil mengembalikan 1.000 pesawat ke status operasional dan dengan biaya murah. Beberapa fitur upgrade besar meliputi pemasangan active electronically scanned array (AESA) yang menawarkan peningkatan kemampuan tempur. Dengan radar ini maka F-16 akan memiliki kemampuan tempur di segala cuaca. Selain itu bisa memantau target di darat dengan resolusi tinggi, integrasi dengan senjata canggih yang dipandu GPS serta mampu memantau target secara simultan. Upgrade lain adalah yang disebut Automated Ground Collision Avoidance System atau AGCAS. Teknologi ini mampu memberikan pilot tetap memiliki kesadaran tinggi ketika situasi darurat. Sistem ini dapat mengontrol pesawat untuk menghindari tabrakan jika pilot tidak menanggapi isyarat visual. Di kopkit juga dilakukan perbaikan misi komputer. Sebuah modular mission computer (MMC) menggantikan tiga komputer asli jet tempur, untuk memberikan daya komputasi lebih tinggi pada avionik pesawat dan sistem senjata. Untuk pilot, MMC secara signifikan meningkatkan kemampuan pesawat, kemampuan penembakan rudal udara-ke-udara, ketepatan sasaran dan informasinya. “Ketika melakukan upgrade F-16, pengalaman kami tak tertandingi. Kami menyediakan bukti, kinerja yang handal dan pengiriman. Kami memenuhi komitmen kami untuk memenuhi jadwal, kinerja, dan biaya, waktu dan waktu lagi,“ kata McLean. “Track record kami berbicara. Kami telah menunjukkan kemampuan kami untuk memberikan lebih dari 40 tahun. Kami menjadi pilihan mitra untuk berevolusi F-16 untuk memenuhi kebutuhan operasional dan memelihara kelestarian yang kritis -. Sekarang dan selama 40 tahun ke depan ”[defencetalk]

Mengapa Dia Begitu Sensitif

KRI Oswald Siahaan meluncurkan rudal maut 
Yakhont

Ketika presiden sipil Indonesia berteriak lantang untuk menenggelamkan kapal nelayan asing yang maling ikan di perairan kita sehubungan dengan uji nyali jalesveva jayamahe, satu rumah tetangga yang bernama Malaysia tiba-tiba jadi berisik dan bereaksi negatif. Lewat media online yang merupakan corong pemerintahnya, mereka merasa tak nyaman, tak enak badan lalu dengan tak elok pula bilang Jokowi arogan, antek Amerika dan sebagainya.

Bertetangga dengan jiran yang satu ini memang seperti berhadapan dengan saudara bertabiat congkak dan angkuh. Sebenarnya dia yang angkuh karena reaksinya itu terhadap gaya Jokowi yang tegas dan jelas.  Mengapa dia merasa kelasnya lebih tinggi dari Indonesia karena gambaran negeri ini ada di wajah-wajah tenaga kerja yang merantau kesana.  Jadi TKI, PATI Indon itu adalah bingkai cermin cara dia memandang kita.  Belum lagi cara pandang feodal negeri yang terdiri dari kerajaan-kerajaan berbasis Melayu Islam, tentu menjadi pengental cara pandang terhadap apapun yang berbau buruh, kuli atau tenaga berbayar.

Sekedar catatan dengan dua jiran yang lain Indonesia baik-baik aja tuh meski ada persoalan perbatasan dengan kita. Menjelang akhir pemerintahan SBY dicapai kesepakatan perjanjian tapal batas bilateral dengan Singapura dan Filipina tanpa gembar gembor. Ini membuktikan ruang kelas dan kualitas dialog dengan kedua negara itu menghasilkan kesepakatan ciamik “bersih cemerlang tanpa menggores”.  Berbeda dengan kawan sebelah ne yang gemar melakukan klaim demi klaim. Ya karena cermin itu tadi, dianggapnya kita ini kelas buruh berbayar yang kelasnya dibawah dia

Adalah menjadi hak yang jelas dan terang bagi pemerintahan bangsa besar ini untuk menyatakan perintah bagi jajarannya agar bertindak keras dan lugas menghadapi para pencuri sumber daya kelautan termasuk menenggelamkan kapal mereka jika perlu. Kita juga kan tak pernah dan tak elok meributkan kenapa pemerintah Malaysia tak mau membuka keran demokrasinya untuk kesamaan hak bagi setiap warganegaranya. Lihat saja yang terjadi sepanjang sejarah negeri itu pimpinan pemerintahannya selalu bernama L4 (Lu Lagi Lu Lagi) maksudnya kalau ditelisik tidak jauh-jauh dari turunan kakek, bapak, anak, sepupu.

Ketika militer Indonesia sedang puasa alutsista di awal reformasi, jiran sebelah ne banyak kali tingkahnya. Sipadan-ligitan dia goyang dengan melakukan manuver militer.  Sekali waktu di awal tahun 2001 empat pesawat coin kita OV10 Bronco melakukan patroli di Sipadan, eh dia malah mengerahkan jet tempur F5E.  Padahal masih dalam status sama-sama berhak. Dia berhasil di Sipadan-Ligitan melalui Mahkamah Internasional tapi terus kemudian berupaya nak ekspansi pula ke Ambalat.  Indonesia pasang kuda-kuda dengan otot militer.

Sukhoi dan F16 melintas gagah

Akhirnya memang berhadapan dengan tetangga pongah harus dihadapi dengan cara pandang militer. Ini penting untuk diingat saudara-saudaraku. Cara pandang militer (bukan melotot lho) adalah garis tegas di wajah yang menahan amarah manakala pelecehan demi pelecehan dipertontonkan. Maka RI pun belanja alutsista secara besar-besaran, terus menerus dan tak terbendung lagi.  Setelah Presiden SBY menggelontorkan dana US $15 milyar untuk shopping alutsista selama lima tahun terakhir ini maka Presiden Jokowi semakin jelas dan banyak lagi membelanjakan duit untuk alutsista segala matra

Yang menarik orang dekatnya yang menjadi Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto adalah pakar pertahanan dan militer yang sangat visioner. Sebenarnya ada dua figur pakar militer lagi yang sama-sama lantang menyuarakan modernisasi TNI, yaitu Salim Said dan Connie Rahakundini.  Jauh-jauh hari sebelum Andi jadi Seskab dia sudah melontarkan prediksi bahwa belanja alutsista TNI lima tahun ke depan minimal US$ 20 milyar.  Seskab bersama Kemenhan tentu menjadi pilar utama untuk mengambarkan renstra lanjutan lima tahun ke depan.

Terkait dengan poros maritim sudah tentu penggelontoran dana akan terpusat di AL dan AU.  TNI AL segera membentuk armada tengah, divisi 3 marinir, melanjutkan pengadaan KCR (Kapal Cepat Rudal), memperbanyak pesanan PKR, mengakuisisi kapal perang kelas fregat termasuk percepatan pengadaan kapal selam.  TNI AU juga diperkirakan akan menambah sedikitnya 2 skuadron tempur baru disamping mengganti  1 skuadron F5E yang dipensiunkan. Disamping itu akan ada penambahan radar-radar militer, satuan peluru kendali darat udara jarak sedang, pesawat intai strategis, intai taktis.

Gebrakan untuk menenggelamkan kapal nelayan asing sejatinya untuk mengukur kesiapan armada Angkatan Laut, KKP, Bea Cukai, Polisi Air dengan dukungan Angkatan Udara.  Sinergi dan koordinasi akan memberikan pesan apa yang masih harus diperbaiki, ditambah dan dikuatkan.  Ini harus dipraktekkan di lapangan.  Bisa jadi yang diperbanyak kapal-kapal patroli non rudal atau bahkan kapal selam sesuai dengan tugas utamanya sebagai penggentar bawah air tak tertandingi.

Sangat diniscayakan bahwa dalam lima tahun ke depan militer Indonesia akan tampil dengan dandanan gahar, berkualitas dan bergengsi.  Kalau sudah begini apakah si Pakcik akan melontarkan statemen angkuh lagi.  Atau jangan-jangan setelah dia membaca tulisan ini malah sekujur tubuhnya demam lalu mengigau: “kita kan serumpun bang, adek ne hanya bergurau bang, tak nak kita bergaduh, tak elok dilihat sepupu kita Singapura.  Nanti dia orang ketawa senang nak lihat kita bergaduh terus”.  Ternyata igauannya di dengar Pak Jokowi, lalu sang presiden egaliter itu berkomentar: “emang gue pikirin”.
****

Presiden Jokowi Harus Segera Perkuat Perbatasan

Presiden Joko Widodo bersama Kabinet Kerja perlu segera menyusun strategi memperkuat wilayah perbatasan.

Hal ini dilakukan sebagai upaya awal meningkatan pertahan nasional, kata pakar hukum internasional Universitas Islam Indonesia, Jawahir Thontowi.


Presiden Jokowi Harus Segera Perkuat Perbatasan

"Karena sampai saat ini wilayah perbatasan masih rentan kejahatan lintas negara serta rasa nasionalisme warganya yang setiap hari bisa berkurang," kata Jawahir di Yogyakarta, belum lama ini.

Kejahatan lintas negara yang kerap terjadi, kata dia, antara lain illegal loging, perdagangan orang, penyelundupan narkotika, serta jual beli senjata ilegal. Fenomena tersebut, rentan terjadi di wilayah perbatasan seperti di Tarakan, Kalimantan Selatan, Entikong, Kalimantan Barat serta Nunukan, Kalimantan Utara.


"Jika pemerintah abai, artinya semakin hari akan menjadi ancaman strategis bagi geopolitik atau keamanan bangsa," kata dia.

Selain itu, jika hak-hak konstitusional masyarakat perbatasan telah dirasa gagal dipenuhi oleh negara, menurut dia tidak menutup kemungkinan mereka akan menyeberang ke negara lain yang berbatasan dengan Indonesia.

"Mereka akan mencari yang lebih menaungi kehidupan mereka," ujar Jawahir.

Adapun penguatan wilayah perbatasan itu, menurut dia, bukan hanya berhubungan dengan penempatan kekuatan militer, melainkan dapat dimulai dengan upaya pembangunan yang berparadigma pinggiran atau perbatasan. Misalnya dengan membangun sarana telekomunikasi, pelayanan publik, pembukaan akses transportasi dengan membangun infrastruktur jalan di wilayah perbatasan.

Sementara untuk pembukaan lahannya, ia menyarankan, akan jauh lebih mudah dan efisien dengan memanfaatkan kekuatan TNI yang diperbantukan di wilayah perbatasan.

"Tanpa melibatkan kekuatan TNI maka tidak mudah sehingga akan menjadi alasan tidak dapat meyentuh wilayah perbatasan," kata Jawahir.

Upaya itu, kata dia, diharapkan akan bermuara pada peningkatan taraf hidup masyarakat perbatasan yang mencakup pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.

Hal tersebut, menurut dia, sesungguhnya juga telah sesuai dengan keinginan Presiden Jokowi yang ingin menjadikan wilayah perbatasan menjadi halaman terdepan negara Indonesia dalam skema cita-cita negara maritim.

"Keberhasilan pembangunan perbatasan, dapat dilihat jika hak-hak konstitusional masyarakat perbatasan terpenuhi sederajat dan seimbang dengan masyarakat yang tinggal di wilayah lainnya," tutup Jawahir. (ROL)